Tuesday, 11 December 2012

Safe Motherhood, Lahir Caesar, Perlukah?



MELAHIRKAN LEWAT CAESAR BUKAN IBU SEMPURNA
2008-09-05 05:47:00


*** Secara alami, ibu dan anak memiliki keterikatan (bonding). Sebuah penelitian membuktikan, bayi yang dilahirkan secara normal memiliki keterikatan yang lebih tinggi dibandingkan yang dilahirkan melalui operasi caesar.

Pasalnya, ibu yang melahirkan bayi secara alami akan menyebabkan respon menangis lebih tinggi dari ibu yang memilih melahirkan secara caesar. Demikian fakta yang ditemukan para peneliti di Amerika.

Scan otak yang dilakukan terhadap 12 ibu yang baru melahirkan, ditemukan aktivitas yang menghubungkan motivasi dan emosi pada saat melahirkan secara alami.

Tim dari Universitas Yale mengatakan, perbedaan hormon yang dihasilkan dalam proses kelahiran dapat menjadi kunci.

Kontraksi merupakan bagian terpenting untuk memicu produksi hormon Oksitosin ketika melahirkan secara alami dan juga mempunyai peran kunci untuk membentuk prilaku keibuan. Kelahiran secara ceasar tidak akan memicu produksi hormon yang sama.

Tim Yale kemudian mendapatkan hasil scan otak dari 12 orang wanita dua atau empat minggu setelah mereka melahirkan-yang dikenal dengan periode postpartum awal. Setengahnya melahirkan secara caesar dan setengahnya lagi secara alami.

Perbedaan dalam aktivitas otak telah ditemukan tidak hanya berpengaruh terhadap respon ibu terhadap anak tapi juga menciptakan mood ibu.

Hubungan batin:
Ketua Tim peneliti, Dr James Swain mengatakan, penelitian yang dilaporkan dalam jurnal psikologi anak dan psikiatri itu diharapkan akan menciptakan keterikatan batin antara ibu dan anak.

"Hasil yang penelitian akan mendukung teori bahwa perbedaan kondisi melahirkan pada saat ceasar atau alami akan mempengaruhi tingkat respon yang terbentuk dalam otak setelah melahirkan,"ujarnya.

Profesor James Walker, pembicara untuk the Royal College of Obstetricians and Gynaecologists mengatakan, pihaknya telah lama mengenali wanita yang melahirkan secara ceasar mempunyai masalah dengan keterikatan dengan bayi mereka.

Bagaimanapun, Walker menambahkan, alasan masalah ini tidak selseai karena ada hubungan antara kesulitan ketika persalinan membuat melahirkan secara ceasar menjadi pilihan utama.

Studi terakhir diperoleh hanya satu wanita yang tidak memilih melahirkan secara ceasar dari enam orang yang melahirkan, tapi profesor Walker mengatakan, terdapat pengaruh karakteristik personal spesifik dari keluarga yang membuat kelahiran alami semakin sulit.


Bukan ibu sempurna
Dia menambahkan, ada kemungkinan bahwa wanita yang melahirkan secara ceasar lebih cepat proses persalinan ketimbang yang memilih secara alami.

Tidak adanya studi menyeluruh memperkirakan bahwa ibu yang memilih melahirkan secara ceasar akan mengalami masalah keterikatan dengan bayi mereka. "Tidak diragukan bahwa kebanyakan wanita yang memilih ceasar tidak bisa menjadi ibu yang sempurna, katanya.

The National Childbirth Trust, Belinda Philips mengatakan, keterikatan antara ibu dan bayi adalah sangat penting dan respon dari bayi ketika menangis menjadi pelengkap naluri keibuan.

"Wanita yang memilih ceasar harus mememluk anaknya yang baru lahir untuk bersentuhan langsung dengan kulit si bayi dan membantu memberi makan dan perawatan untuk bayi mereka."

Antara 10% dan 20% dari keseluruhan bayi di Inggris lahir secara caesar. Kecenderungan peningkatan kelahiran melalui operasi itu juga terjadi di Indonesia terutama kota besar. Penelitian semacam itu sebaiknya menjadi perhatian para wanita untuk lebih memilih melahirkan secara alami. (ro/miol)

Diakses: Selasa, 24 Mei 2011, 06:05 WIB


Analisis mengenai artikel “Melahirkan Caesar bukan Ibu Sempurna”

Persalinan merupakan fase yang sangat krusial antara ibu dan anak. Di mana pada fase tersebut kesehatan anak pada masa depan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses persalinan. Di dalam artikel di atas terdapat fenomena yang cukup menarik yaitu kecenderungan para ibu yang memilih operasi caesar ketimbang persalinan biasa. Khususnya di negara-negara Eropa, angka operasi caesar semakin lama semakin tinggi. Bahkan di negara Hungaria, permasalahan tingginya operasi caesar ini menjadi buah bibir dan menjadi isu publik di negara tersebut. Pemerintah Hungaria pun akhirnya turun tangan agar angka operasi caesar menurun. Fenomena semakin tingginya operasi caesar juga terjadi di Indonesia. Operasi caesar bagaikan ‘tren’ yang terjadi di ibu-ibu muda di Indonesia.

Operasi caesar memang tidak dilarang. Tindakan operasi caesar justru dianjurkan bahkan diharuskan pada kasus-kasus di mana ibu atau jabang bayi akan mengalami kerugian atau kematian bila operasi dengan jalan normal dilakukan. Namun, akhir-akhir ini operasi caesar yang dilakukan kurang memperhatikan masalah keselamatan ibu dan anak. Masyarakat memilih operasi caesar agar anaknya bisa lahir di tanggal yang ‘cantik’ seperti 11-11-11 atau si ibu takut vaginanya robek dan lain sebagainya. Belum lagi mahalnya dana yang dibutuhkan untuk operasi caesar ini dan biaya yang besar untuk pemulihan operasi ibu.
Perkembangan peralatan kedokteran telah serba canggih menyebabkan banyak ibu-ibu yang bekerja di kantor ingin suatu kepraktisan. Dengan memanfaatkan alat-alat canggih itu, sang ibu tidak perlu menantikan saat kelahiran secara bertele-tele dengan waktu yang belum menentu. Ibu dengan operasi caesar bisa menentukan waktu yang diinginkan, sehingga ia mempunyai persiapan mental dan fisik sebelumnya. Dengan waktu yang telah tentu itu, memungkinkan sang ibu didampingi oleh suaminya dan dokter ahli saat melahirkan. Sementara jika dia melahirkan secara alamiah, belum tentu saat dia melahirkan, suaminya berada di rumah atau dokter ahlinya pas tugas di rumah sakit itu.
Keadaan fisik ibu-ibu sekarang juga sangat berbeda dengan keadaan ibu-ibu pada zaman dahulu. Ibu-ibu dulu lebih banyak melakukan aktifitas fisik sedangkan ibu-ibu masa kini banyak yang menjadi wanita karir dan hanya bekerja di belakang meja. Hal ini dapat membuat kesulitan saat melahirkan. Kemampuan kontraksi ibu-ibu sekarang sering kurang kuat dalam melahirkan anak. Sehingga proses kelahiran sering kurang lancar.
Kepentingan karir juga merupakan pendorong ibu-ibu itu memilih opersi caesar. Oleh kantornya mereka dituntut tidak terlalu lama cuti, bisa menjaga kesegaran tubuhnya dan tidak merasa rendah diri jika berkomunikasi dengan orang lain.
Ibu-ibu muda sekarang banyak yang menyangka, dengan melahirkan melalui operasi caesar, kecantikan mereka akan terawat, lukanya akan cepat sembuh sehingga bisa cepat bergaul lagi dengan suaminya, dan tidak ada darah nifas yang keluar selama 40 hari. Padahal, dengan melalui operasi caesar, risiko yang dihadapinya lebih tinggi ketimbang melahirkan secara alamiah. Walaupun tidak ada darah nifas, dan lukanya sembuh dalam waktu dua minggu, sebenarnya luka di bagian dalam itu belum sembuh benar. Ini memerlukan waktu penyembuhan dua-tiga bulan. Luka luarnya mungkin cepat sembuh, dan ini bisa membuat suami ingin cepat menggauli, akibatnya, karena luka bagian dalam belum sembuh, si ibu bisa terkena infeksi. Kerugian operasi caesar yang lainnya adalah:

a.    Sakit di tulang belakang
Banyak ibu setelah sesar mengeluh sakit di bagian tulang belakang (tempat dilakukan suntik anastesi sebelum operasi). Keluhan ini umumnya terasa saat membungkukkan badan, mengambil sesuatu di lantai, atau mengangkat beban yang lumayan berat. Sumber rasa nyeri berada tepat pada bekas tusukan jarum suntik saat dilakukan bius lokal. Keadaan ini menyebabkan ibu tidak disarankan melakukan gerakan yang terlalu mendadak dan drastis serta harus menghindari mengangkat beban berat. Umumnya jika keluhan ini berlarut-larut atau intensitas sakitnya meningkat, ibu disarankan untuk berkonsultasi pada dokter. Kalau perlu, akan dilakukan pemeriksaan penunjang, misalnya rontgen tulang belakang.

b.    Nyeri di bekas sayatan
Pada saat pascaoperasi, rasa nyeri di bekas sayatan akan terasa seiring anetesi yang semakin hilang. Keluhan lain sehabis operasi sesar adalah rasa kebal di bagian atas bekas sayatan operasi. Ini wajar karena saraf di daerah tersebut mungkin ada yang terputus akibat sayatan saat operasi. Butuh kira-kira 6-12 bulan, sampai serabut saraf tersebut menyambung kembali.

c.    Nyeri di bekas jahitan
Keluhan ini sebetulnya wajar karena tubuh tengah mengalami luka, dan penyembuhannya tidak bisa sempurna. Apalagi jika luka tersebut tergolong panjang dan dalam. Dalam operasi sesar ada 7 lapisan perut yang harus disayat. Sementara saat proses penutupan luka, 7 lapisan tersebut dijahit satu demi satu menggunakan beberapa macam benang jahit.
Dalam proses penyembuhan tidak bisa dihindari terjadinya pembentukan jaringan parut. Jaringan parut inilah yang dapat menyebabkan nyeri saat melakukan aktivitas tertentu, terlebih aktivitas yang berlebihan atau aktivitas yang memberi penekanan di bagian tersebut.
Pada persalinan normal, walau ada jahitan pada vagina namun efek yang ditimbulkan  tidak akan seperti kondisi ibu disesar. Ibu yang bersalin normal biasanya tidak akan mengeluhkan apa-apa pada jahitan tersebut.

d.   Tidak diperbolehkan segera hamil
Jarak aman antarkehamilan yang disarankan adalah 2 tahun setelah sesar, walaupun angka ini bukan angka mutlak dan tergantung kondisi masing-masing ibu. Idealnya, sehabis menjalani operasi sesar, kehamilan selanjutnya harus ditunda sampai luka operasi dan jahitannya benar-benar sembuh dan kuat. Kehamilan saat jahitan masih "basah" dan belum kuat dikhawatirkan membuatnya lepas dan selanjutnya membahayakan ibu seiring dengan membesarnya perut. Selain itu, tenggang waktu 2 tahun ini juga dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada organ-organ reproduksi maupun organ lainnya untuk beristirahat.

e.    Pembatasan jumlah anak
Ibu yang sudah menjalani tiga kali operasi sesar mau tidak mau harus bersedia disteril. Ini adalah standar medis di Indonesia guna menghindari hal-hal yang sangat membahayakan ibu maupun janinnya. Juga karena memang belum ada RS yang menyediakan teknologi mutakhir untuk melakukan operasi sesar keempat kalinya pada ibu yang sama.
            Salah satu pilar safe motherhood adalah persalinan yang aman dan bersih. Persalinan sendiri mempunyai beberapa metode. Metode persalinan seperti operasi caesar maupun persalinan normal merupakan pilihan yang bebas ditentukan oleh seorang ibu. Namun bukan berarti, operasi caesar dijadikan sebagai ‘tren’. Operasi caesar yang benar hanya dilakukan bila memang benar-benar dibutuhkan. Seperti kehamilan yang tidak normal atau untuk menghindari anak tertular penyakit dari ibu seperti HIV/AIDS. Persalinan normal hendaknya dilakukan bagi ibu yang mampu karena persalinan normal dapat meningkat hubungan antara ibu dan anak dan menjadikan seorang wanita sebagai seorang ibu sejati.





No comments:

Post a Comment