MELAHIRKAN
LEWAT CAESAR BUKAN IBU SEMPURNA
2008-09-05
05:47:00
***
Secara alami, ibu dan anak memiliki keterikatan (bonding). Sebuah penelitian
membuktikan, bayi yang dilahirkan secara normal memiliki keterikatan yang lebih
tinggi dibandingkan yang dilahirkan melalui operasi caesar.
Pasalnya,
ibu yang melahirkan bayi secara alami akan menyebabkan respon menangis lebih
tinggi dari ibu yang memilih melahirkan secara caesar. Demikian fakta yang
ditemukan para peneliti di Amerika.
Scan
otak yang dilakukan terhadap 12 ibu yang baru melahirkan, ditemukan aktivitas
yang menghubungkan motivasi dan emosi pada saat melahirkan secara alami.
Tim
dari Universitas Yale mengatakan, perbedaan hormon yang dihasilkan dalam proses
kelahiran dapat menjadi kunci.
Kontraksi
merupakan bagian terpenting untuk memicu produksi hormon Oksitosin ketika
melahirkan secara alami dan juga mempunyai peran kunci untuk membentuk prilaku
keibuan. Kelahiran secara ceasar tidak akan memicu produksi hormon yang sama.
Tim
Yale kemudian mendapatkan hasil scan otak dari 12 orang wanita dua atau empat
minggu setelah mereka melahirkan-yang dikenal dengan periode postpartum awal.
Setengahnya melahirkan secara caesar dan setengahnya lagi secara alami.
Perbedaan
dalam aktivitas otak telah ditemukan tidak hanya berpengaruh terhadap respon
ibu terhadap anak tapi juga menciptakan mood ibu.
Hubungan batin:
Ketua
Tim peneliti, Dr James Swain mengatakan, penelitian yang dilaporkan dalam
jurnal psikologi anak dan psikiatri itu diharapkan akan menciptakan keterikatan
batin antara ibu dan anak.
"Hasil
yang penelitian akan mendukung teori bahwa perbedaan kondisi melahirkan pada
saat ceasar atau alami akan mempengaruhi tingkat respon yang terbentuk dalam
otak setelah melahirkan,"ujarnya.
Profesor
James Walker, pembicara untuk the Royal College of Obstetricians and
Gynaecologists mengatakan, pihaknya telah lama mengenali wanita yang melahirkan
secara ceasar mempunyai masalah dengan keterikatan dengan bayi mereka.
Bagaimanapun,
Walker menambahkan, alasan masalah ini tidak selseai karena ada hubungan antara
kesulitan ketika persalinan membuat melahirkan secara ceasar menjadi pilihan
utama.
Studi
terakhir diperoleh hanya satu wanita yang tidak memilih melahirkan secara
ceasar dari enam orang yang melahirkan, tapi profesor Walker mengatakan,
terdapat pengaruh karakteristik personal spesifik dari keluarga yang membuat
kelahiran alami semakin sulit.
Bukan ibu sempurna
Dia
menambahkan, ada kemungkinan bahwa wanita yang melahirkan secara ceasar lebih
cepat proses persalinan ketimbang yang memilih secara alami.
Tidak
adanya studi menyeluruh memperkirakan bahwa ibu yang memilih melahirkan secara
ceasar akan mengalami masalah keterikatan dengan bayi mereka. "Tidak
diragukan bahwa kebanyakan wanita yang memilih ceasar tidak bisa menjadi ibu
yang sempurna, katanya.
The
National Childbirth Trust, Belinda Philips mengatakan, keterikatan antara ibu
dan bayi adalah sangat penting dan respon dari bayi ketika menangis menjadi
pelengkap naluri keibuan.
"Wanita
yang memilih ceasar harus mememluk anaknya yang baru lahir untuk bersentuhan
langsung dengan kulit si bayi dan membantu memberi makan dan perawatan untuk
bayi mereka."
Antara
10% dan 20% dari keseluruhan bayi di Inggris lahir secara caesar. Kecenderungan
peningkatan kelahiran melalui operasi itu juga terjadi di Indonesia terutama
kota besar. Penelitian semacam itu sebaiknya menjadi perhatian para wanita
untuk lebih memilih melahirkan secara alami. (ro/miol)
Diakses:
Selasa, 24
Mei 2011, 06:05 WIB
Analisis mengenai
artikel “Melahirkan Caesar bukan Ibu Sempurna”
Persalinan merupakan fase yang sangat krusial antara
ibu dan anak. Di mana pada fase tersebut kesehatan anak pada masa depan sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan proses persalinan. Di dalam artikel di atas
terdapat fenomena yang cukup menarik yaitu kecenderungan para ibu yang memilih
operasi caesar ketimbang persalinan biasa. Khususnya di negara-negara Eropa,
angka operasi caesar semakin lama semakin tinggi. Bahkan di negara Hungaria,
permasalahan tingginya operasi caesar ini menjadi buah bibir dan menjadi isu
publik di negara tersebut. Pemerintah Hungaria pun akhirnya turun tangan agar
angka operasi caesar menurun. Fenomena semakin tingginya operasi caesar juga
terjadi di Indonesia. Operasi caesar bagaikan ‘tren’ yang terjadi di ibu-ibu
muda di Indonesia.
Operasi caesar memang tidak dilarang. Tindakan
operasi caesar justru dianjurkan bahkan diharuskan pada kasus-kasus di mana ibu
atau jabang bayi akan mengalami kerugian atau kematian bila operasi dengan
jalan normal dilakukan. Namun, akhir-akhir ini operasi caesar yang dilakukan
kurang memperhatikan masalah keselamatan ibu dan anak. Masyarakat memilih
operasi caesar agar anaknya bisa lahir di tanggal yang ‘cantik’ seperti
11-11-11 atau si ibu takut vaginanya robek dan lain sebagainya. Belum lagi
mahalnya dana yang dibutuhkan untuk operasi caesar ini dan biaya yang besar
untuk pemulihan operasi ibu.
Perkembangan
peralatan kedokteran telah serba canggih menyebabkan banyak ibu-ibu yang
bekerja di kantor ingin suatu kepraktisan. Dengan memanfaatkan alat-alat
canggih itu, sang ibu tidak perlu menantikan saat kelahiran secara bertele-tele
dengan waktu yang belum menentu. Ibu dengan operasi caesar bisa menentukan
waktu yang diinginkan, sehingga ia mempunyai persiapan mental dan fisik
sebelumnya. Dengan waktu yang telah tentu itu, memungkinkan sang ibu didampingi
oleh suaminya dan dokter ahli saat melahirkan. Sementara jika dia melahirkan
secara alamiah, belum tentu saat dia melahirkan, suaminya berada di rumah atau
dokter ahlinya pas tugas di rumah sakit itu.
Keadaan
fisik ibu-ibu sekarang juga sangat berbeda dengan keadaan ibu-ibu pada zaman
dahulu. Ibu-ibu dulu lebih banyak melakukan aktifitas fisik sedangkan ibu-ibu
masa kini banyak yang menjadi wanita karir dan hanya bekerja di belakang meja.
Hal
ini dapat membuat kesulitan saat melahirkan. Kemampuan kontraksi ibu-ibu
sekarang sering kurang kuat dalam melahirkan anak. Sehingga proses kelahiran
sering kurang lancar.
Kepentingan
karir juga merupakan pendorong ibu-ibu itu memilih opersi caesar. Oleh
kantornya mereka dituntut tidak terlalu lama cuti, bisa menjaga kesegaran
tubuhnya dan tidak merasa rendah diri jika berkomunikasi dengan orang lain.
Ibu-ibu muda sekarang banyak yang menyangka, dengan
melahirkan melalui operasi caesar, kecantikan mereka akan terawat, lukanya akan
cepat sembuh sehingga bisa cepat bergaul lagi dengan suaminya, dan tidak ada
darah nifas yang keluar selama 40 hari. Padahal, dengan melalui operasi caesar,
risiko yang dihadapinya lebih tinggi ketimbang melahirkan secara alamiah.
Walaupun tidak ada darah nifas, dan lukanya sembuh dalam waktu dua minggu,
sebenarnya luka di bagian dalam itu belum sembuh benar. Ini memerlukan waktu
penyembuhan dua-tiga bulan. Luka luarnya mungkin cepat sembuh, dan ini bisa
membuat suami ingin cepat menggauli, akibatnya, karena luka bagian dalam belum
sembuh, si ibu bisa terkena infeksi. Kerugian operasi caesar yang lainnya
adalah:
a. Sakit di tulang belakang
Banyak ibu setelah sesar mengeluh
sakit di bagian tulang belakang (tempat dilakukan suntik anastesi sebelum
operasi). Keluhan ini umumnya terasa saat membungkukkan badan, mengambil
sesuatu di lantai, atau mengangkat beban yang lumayan berat. Sumber rasa nyeri
berada tepat pada bekas tusukan jarum suntik saat dilakukan bius lokal. Keadaan
ini menyebabkan ibu tidak disarankan melakukan gerakan yang terlalu mendadak
dan drastis serta harus menghindari mengangkat beban berat. Umumnya jika
keluhan ini berlarut-larut atau intensitas sakitnya meningkat, ibu disarankan
untuk berkonsultasi pada dokter. Kalau perlu, akan dilakukan pemeriksaan
penunjang, misalnya rontgen tulang belakang.
b. Nyeri
di bekas sayatan
Pada saat pascaoperasi, rasa nyeri di bekas sayatan
akan terasa seiring anetesi yang semakin hilang. Keluhan lain sehabis operasi sesar adalah rasa kebal di bagian
atas bekas sayatan operasi. Ini wajar karena saraf di daerah tersebut mungkin
ada yang terputus akibat sayatan saat operasi. Butuh kira-kira 6-12 bulan,
sampai serabut saraf tersebut menyambung kembali.
c. Nyeri
di bekas jahitan
Keluhan ini sebetulnya wajar karena
tubuh tengah mengalami luka, dan penyembuhannya tidak bisa sempurna. Apalagi
jika luka tersebut tergolong panjang dan dalam. Dalam operasi sesar ada 7
lapisan perut yang harus disayat. Sementara saat proses penutupan luka, 7
lapisan tersebut dijahit satu demi satu menggunakan beberapa macam benang
jahit.
Dalam proses penyembuhan tidak bisa
dihindari terjadinya pembentukan jaringan parut. Jaringan parut inilah yang
dapat menyebabkan nyeri saat melakukan aktivitas tertentu, terlebih aktivitas
yang berlebihan atau aktivitas yang memberi penekanan di bagian tersebut.
Pada persalinan normal, walau ada
jahitan pada vagina namun efek yang ditimbulkan tidak akan seperti kondisi ibu disesar. Ibu
yang bersalin normal biasanya tidak akan mengeluhkan apa-apa pada jahitan
tersebut.
d. Tidak
diperbolehkan segera hamil
Jarak aman antarkehamilan yang
disarankan adalah 2 tahun setelah sesar, walaupun angka ini bukan angka mutlak
dan tergantung kondisi masing-masing ibu. Idealnya, sehabis menjalani operasi
sesar, kehamilan selanjutnya harus ditunda sampai luka operasi dan jahitannya
benar-benar sembuh dan kuat. Kehamilan saat jahitan masih "basah" dan
belum kuat dikhawatirkan membuatnya lepas dan selanjutnya membahayakan ibu
seiring dengan membesarnya perut. Selain itu, tenggang waktu 2 tahun ini juga
dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada organ-organ reproduksi maupun organ
lainnya untuk beristirahat.
e. Pembatasan
jumlah anak
Ibu yang sudah menjalani tiga kali
operasi sesar mau tidak mau harus bersedia disteril. Ini adalah standar medis
di Indonesia guna menghindari hal-hal yang sangat membahayakan ibu maupun
janinnya. Juga karena memang belum ada RS yang menyediakan teknologi mutakhir
untuk melakukan operasi sesar keempat kalinya pada ibu yang sama.
Salah satu pilar safe motherhood adalah persalinan yang
aman dan bersih. Persalinan sendiri mempunyai beberapa metode. Metode
persalinan seperti operasi caesar maupun persalinan normal merupakan pilihan
yang bebas ditentukan oleh seorang ibu. Namun bukan berarti, operasi caesar
dijadikan sebagai ‘tren’. Operasi caesar yang benar hanya dilakukan bila memang
benar-benar dibutuhkan. Seperti kehamilan yang tidak normal atau untuk
menghindari anak tertular penyakit dari ibu seperti HIV/AIDS. Persalinan normal
hendaknya dilakukan bagi ibu yang mampu karena persalinan normal dapat
meningkat hubungan antara ibu dan anak dan menjadikan seorang wanita sebagai
seorang ibu sejati.
No comments:
Post a Comment