Thursday, 20 December 2012

PENENTUAN STATUS GIZI SECARA KLINIS PADA KASUS KWASHIORKOR




Kwashiorkor merupakan salah satu penyakit yang disebabkan karena asupan gizi yang kurang. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi. Penyakit kwashiorkor dengan kata lain adalah bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi protein yang berat bisa dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak mencukupi kebutuhan. Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak yang kekurangan kasih sayang ibu”.
Kwashiorkor dijumpai terutama pada golongan umur tertentu yaitu bayi pada masa menyusui dan pada anak prasekolah, 1 hingga 3 tahun yang merupakan golongan umur yang relatif memerlukan lebih banyak protein untuk tumbuh optimal. Sindrom demikian kemudian dilaporkan oleh berbagai negeri terutama negeri yang sedang berkembang seperti Afrika, Asia, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan bagian-bagian termiskin di Eropa. Penyakit ini banyak terdapat anak dari golongan penduduk yang berpenghasilan rendah. Ini dapat dimengerti karena protein yang bermutu baik terutama pada bahan makanan yang berasal dari hewan seperti protein, susu, keju, telur, daging, dan ikan.
Kasus gizi buruk perlu mendapatkan perhatian pemerintah Indonesia karena keadaan gizi kurang dan gizi buruk yang berlarut-larut dapat mengakibatkan kejadian lost generation yaitu suatu keadaan dimana kualitas sumber daya manusia sangat rendah sehingga pembangunan suatu bangsa dapat terhambat.
Medical history adalah catatan mengenai keluhan dan perkembangan penyakit. Di dalam medical history terdiri dari identitas, keluhan, faktor-faktor yang mungkin menimbulkan keluhan (lingkungan fisik, sosial, ekonomi, budaya), serta data tambahan. Medical history dari penyakit kwashiorkor adalah
a.       Identitas
Identitas menjelaskan tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat dan lain sebagainya yang berhubungan dengan informasi pribadi pasien.
b.      Keluhan Kwahiorkor
Keluhan dari kwashiorkor pada umumnya adalah anak tidak mau makan, rewel, dan lemah.
c.       Faktor-faktor lain yang menimbulkan Kwashiorkor seperti lingkungan fisik dan sosial ekonomi. Lingkungan fisik pada kejadian kwashiorkor biasanya berada di daerah gersah dan tidak subur sehingga bahan makanan sulit untuk didapat. Pada umumnya kasus kwashiorkor banyak terdapat di lingkungan sosial ekonomi dimana banyak terdapat kemiskinan.
d.      Data tambahan
Data tambahan misalnya
1.      Riwayat penyakit kwashiorkor
a)      Kapan keluhan kwashiorkor mulai dirasakan
b)      Kwashiorkor sudah berapa lama.
c)      Apakah ada penurunan BB terkait penyakit kwashiorkor
d)     Apakah penderita pernah mendapat pengobatan, dimana, oleh siapa, kapan, jenis obat yang diberikan.
2.      Pola penyakit dahulu
Apakah dulu penderita pernah menderita penyakit kwashiorkor sebelumnya
3. Riwayat penyakit keluarga
Apakah anggota keluarga pasien pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan kekurangan gizi atau kurang protein.
4. Riwayat penyakit sosial
a)        Anggapan salah satu jenis makanan tertentu.
b)        Apakah kebutuhan pasien tepenuhi.
c)        Keadaan lingkungan tempat tinggal pasien
d)       Keadaan sosial ekonomi keluarga.
5. Riwayat spiritual
Adanya kepercayaan yang melarang makanan tertentu.

PEMERIKSAAN FISIK KWASHIORKOR

Pemeriksaan fisik adalah melihat secara fisik akibat kekurangan atau kelebihan zat gizi. Pemeriksaan fisik pada umumnya digunakan untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan fisik melihat semua bagian tubuh dan organ sesuai penyakit yang diderita. Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak yaitu kaki. Pemeriksaan secara sistematis tersebut disebut teknik Head to Toe.
Pada kasus kwashiorkor bagian tubuh yang dilihat untuk pemeriksaan fisik adalah muka, keadaan rambut, edema, atrofi otot dan jaringan, kelainan kulit, keadaan gigi dan tulang, hati, darah dan sumsung tulang, pankreas, jantung, serta gastrointestinal. Berikut akan diuraikan mengenai pemeriksaan fisik penyakit kwashiorkor:
1.      Edema
Pada sebagian besar penderita kwashiorkor ditemukan edema baik ringan maupun berat. Edema pada kwashiorkor ini terjadi karena hipoalbuminemia, gangguan dinding kapiler, dan hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.
2.      Rambut
Perubahan rambut merupakan gejala yang sangat khas pada penderita kwashiorkor. Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture), maupun warnanya. Pada penderita kwashiorkor rambut kepala mudah tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih. Sering bulu mata menjadi panjang.
Rambut penderita biasanya jarang dan halu-halus serta kehilangan elastisitasnya. Pada anak-anak yang berambut gelap dapat terlihat jalur-jalur rambut berwarna merah atau abu-abu.
3.      Kulit
Kulit penderita kwashiorkor cenderung kering dengan garis-garis kulit yang lebih mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Ditemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit kwashiorkor disebut crazy pavement dermatosis. Crazy pavement dermatosis adalah gejala bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat tekanan. Gejala ini terjadi bila dilakukan tekanan secara terus-menerus dan disertai kelembapan oleh keringat atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa politea, lutut, buku kaki, paha, lipat paha, dan sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak kecil merah yang dalam waktu singkat bertambah dan berpadu untuk menjadi hitam. Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian yang tidak mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam oleh hiperpigmentasi.
Dermatitis juga lazim ditemukan pada penderita. Penggelapan kulit terjadi pada tempat-tempat yang mengalami iritasi, namun tidak pada daerah-daerah yang terkena sinar matahari..
4.      Gigi dan Tulang
Terjadi dekalsifikasi pada penderita kwashiorkor. Selain itu juga ditemukan osteoporosis, dan hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita .
5.      Hati
Kelainan lain yaitu pada organ hati. Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang hampir semua sela hati mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan tanda fibrosis, nekrosis, da infiltrasi sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi faktor lipotropik .
6.      Gastrointestinal
Kelainan pada gastrointestinal merupakan gejala yang penting pada penyakit kwashiorkor. Biasanya disertai anoreksia yang hebatnya. Selain anoreksia juga terjadi diare pada sebagian besar penderita.


SUMBER :
Anonimus. 2012. Pemeriksaan Fisik. Terdapat dalam http://id.wikipedia.org/ wiki/Pemeriksaan_fisik. Diakses 18 Desember 2012.

Sunday, 16 December 2012

Pentingnya Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut



Gigi merupakan alat tubuh yang sangat berguna bagi manusia. Dengan gigi, manusia dapat dengan mudah mengunyah makanan menjadi bagian yang lebih kecil sehingga dapat dengan mudah dicerna oleh tubuh. Demikian juga dengan mulut, di dalamnya terdapat zat-zat serta saliva yang akan membantu dalam mencerna dan mengunyah makanan. Makanan yang telah masuk ke tubuh akhirnya akan diserap nutrisi oleh tubuh.

Namun, kesehatan serta perawatan gigi dan mulut belum mendapatkan perhatian yang cukup besar bagi masyarakat Indonesia. Aturan periksa gigi setiap 6 bulan sekali hanya menjadi slogan semata. Kebanyakan masyarakat Indonesia hanya akan pergi ke dokter gigi bila telah merasakan sakit gigi yang parah dan hal ini berarti sakit gigi yang diderita sudah menjadi stadium tingkat lanjut. Hasilnya, gigi yang sebenarnya dapat disembuhkan terpaksa harus dicabut. Tercabut salah satu gigi akan sangat berdampak bagi aktivitas mengunyah itu sendiri. Selain mengurangi daya kunyah makanan, akan berdampak pula pada segi estetika.

Salah satu penyakit pada gigi dan mulut adalah karies gigi. Menurut data epidemiologi, karies gigi paling banyak menyerang pada usia anak-anak sampai remaja (5-17 tahun) sebanyak 59%. Pada penyakit karies gigi ini sekali terserang memerlukan perawatan yang apabila tidak ditangani secara benar maka akan semakin parah dan memerlukan biaya perawatan yang semakin mahal. Karies ini disebabkan karena adanya plague dan bakteri yang bersarang di mulut karena sisa-sisa makanan. Kondisi demikian menjadikan mulut menjadi asam sehingga lama kelamaan akan mengkikis dan merusak email gigi. Faktor resikonya adalah makan tinggi karbohidrat. Karies gigi pada masa awal sangat sulit dideteksi, namun pada tahap lanjut gigi akan peka terhadap rasa manis, makanan dingin dan panas.

Selain karies, gigi juga sangat rentan menderita gum disease. Bila karies paing banyak menyerang anak sampai remaja, makan gum disease ini merupakan penyebab utama kejadian hilangnya gigi pada orang dewasa. Penyebabnya adalah tertumpuknya plague menjadi calculus. Sementara penyebab lain adalah karena kehamilan dan merokok. Tanda awal adalah kemerahan pada gusi, keluar darah pada saat menggosok gigi dan bau mulut.

Kesehatan gigi dan mulut sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa orang dengan penyakit periodontal memiliki resiko mendapatkan coronary artery disease daripada orang dengan gigi dan mulut yang sehat. Semenatar pada penyakit gum disease mempunyai hubungan dua arah dengan penyakit diabetes. Selain itu, penyakit gusi berat juga berhubungan dengan kejadian heart attack, stroke dan kidney disease. Oleh karena itu, alangkah baiknya bila kita menjaga kesehatan gigi dan mulut kita sejak awal. Bukankah lebih baik mencegah dari pada mengobati?

Tuesday, 11 December 2012

Analisis Logistik di Bagian Farmasi Rumah Sakit Kanker Dharmais



Berikut adalah manajemen logistik persedian farmasi di Rumah Sakit Kanker Dharmais. RS Kanker Dharmais adalah rumah sakit berbentuk Badan Layanan Umum (BLU) yang merupakan instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Semua persediaan farmasi di RS Kanker Dharmais dikelola oleh Instalasi Farmasi sesuai dengan pelayanan farmasi satu pintu sesuai dengan Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI. Meskipun demikian beberapa fungi seperti fungsi seleksi, fungsi pengadaan, fungsi penerimaan dan fungsi pembiayaan masih dikelola oleh instalasi atau bagian lain.

Saat ini Instalasi Farmasi RS Kanker Dharmais telah menggunakan beberapa metode pengendalian persediaan seperti pencatatan dengan kartu persediaan, pencatatan komputerisasi dan metode persediaan minimum-maksimum.

Persediaan farmasi di RS Kanker Dharmais berdasarkan kelompok penggunanya digolongkan menjadi persediaan reguler untuk pasien dengan tanggungan individu maupun jaminan perusahaan, ASKESSOS untuk pasien jaminan PT. ASKES dan Jamkesmas untuk pasien yang dijamin oleh Pemerintah. Dengan banyaknya item persediaan farmasi maka memerlukan biaya investasi yang besar pula yang dilekuarkan oleh Instalasi Farmasi seperti yang terlihat di dalam tabel berikut:

Tabel  Perbandingan Biaya Pembelian Persediaan Gudang RS Kanker Dharmais
Persediaan
Total Biaya Pembelian
Persentase dari Total Biaya
Farmasi
Rp 61.828.720.247, 64
85,55
Gizi (Makanan)
Rp 1.408.287.648,62
1,95
Alat Kebersihan
Rp 476.721.411,6
0,66
Alat Tulis Kantor
Rp 149.065.839,25
0,21
Cetakan Non Medis
Rp 346.411.800
0,48
Patologi Klinik
Rp 6.175.826.231
8,54
Penunjang Komputer
Rp 418.191.668,3
0,58
Alat Teknik dan Suku Cadang
Rp 199.245.698
0,28
Total
Rp 72.275.715.673,98
100
Sumber: Data Berita Acara Inventarisasi Persediaan Gudang Tahun 2008 dan Laporan Rekapitulasi Hutang Tahun 2008


Studi Kasus

Fungsi pengelolaan persediaan farmasi di RS Kanker Dharmais tidak hanya dilakukan oleh Instalasi Farmasi saja namun juga kelola oleh bagian lain agar ada pengawasan dari pihak selain instalasi Farmasi, misalnya fungsi seleksi (pemilihan) dilakukan Panitia Farmasi dan Terapi, sedangkan fungsi pengadaan barang dilakukan oleh Bagian Logistik, fungsi penerimaan dikelola oleh Panitia Penerimaan Barang dan fungsi pembiayaan dikelola oleh Bagian Keuangan.

Berdasarkan tebel di atas dapat dilihat bahwa biaya pembelian persediaan farmasi seperti aat kesehatan, bahan kimia, reagen dan obat-obatan adalah yang terbesar dibandingkan biaya pembelian logistik yang lainnya. Oleh karena banyaknya dan beragamnya persedian farmasi serta tingginya biaya investasi untuk pembelian persedian farmasi, maka dibutuhkan suatu sistem pengendalian yang tepat. Pengendalian persediaan adalah upaya yang dilakukan dengan tujuan untuk menjamin tersedianya barang dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pada waktu dan tempat yang tepat. Selain itu, fungsi pengendalian persediaan adalah untuk menjaga keseimbangan antara besarnya manfaat yang diperoleh dari persediaan dengan biaya yang telah dikeluarkan. Beberapa metode pengendalian persediaan diantaranya adalah metode pencatatan degan kartu persediaan, metode pencatatan persediaan secara komputerisasi, metode persediaan minimum-maksimum, Analisis ABC dan  perkembangan Analisis ABC (Analisis ABC Indeks Kritis, Economic Order Quantity).

Saat ini Instalasi Farmasi RS Kanker Dharmais telah menggunakan beberapa metode pengendalian persediaan seperti pencatatan dengan kartu persediaan, pencatatan komputerisasi dan metode persediaan minimum-maksimum. Namun, Instalasi Farmasi di  RS Kanker Dharmais belum menggunakan metode pengendalian yang mengelompokkan persediaan farmasi berdasarkan nilai investasi dan metode pengendalian yang mempertimbangkan biaya persediaan yang terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Padahal dengan penerapan metode pengendalian yang mengelompokkan persediaan farmasi berdasarkan nilai investasi, bagian Instalasi Farmasi akan dapat mengetahui persediaan farmasi apa saja yang termasuk dalam kelompok persediaan farmasi yang memiliki nilai investasi yang paling tinggi, sedang dan rendah sehingga dari data investasi tersebut dapat ditentukan metode pengawasan yang tepat untuk diterapkan pada masing-masing kelompok obat. Sedangkan dengan metode pengendalian yang mempertimbangkan biaya persediaan maka akan diketahui jumlah pemesanan persediaan farmasi yang paling ekonomis, yaitu jumlah pemesanan yang memiliki biaya pemesanan dan penyimpanan yang minimal sehingga rumah sakit dapat meningkatkan efisiensi biaya persediaan farmasi.  Kelebihan penggunaan metode pengelompokan persediaan farmasi berdasarkan nilai investasi dan metode pengendalian yang mempertimbangkan biaya persediaan ini sesuai dengan bentuk RS Kanker Dharmais yaitu Badan Layanan Umum yang memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.